VALUE CHAIN AGRIBISNIS BAWANG MERAH DI KABUPATEN MAJALENGKA

Suhaeni Suhaeni, Sarah Dampang

Abstract


Bawang merah merupakan salah satu komoditas pertanian yang bernilai ekonomi tinggi. Komoditas ini juga merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Bawang merah memiliki potensi sebagai sumber pendapatan bagi petani. Namun demikian, bawang merah ini masih menyisakan permasalahan hingga saat ini, yaitu fluktuasi harga. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji rantai nilai agrbisnis bawang merah di Kabupaten Majalengka. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dengan menggunakan kuesioner yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Responden dalam penelitian ini meliputi pelaku agroinput, produsen atau petani bawang merah, pelaku pasar (bandar, koperasi, penebas dan pedagang pengecer), lembaga pembiayaan, lembaga mitra, dan narasumber lain yang dibutuhkan. Penelitian ini menggunakan value chain analysis dengan menggunakan tahapan mulai dari tahapan entry point, value chain mapping, manajemen rantai nilai, analysis of governance structure dan upgrading value chain melalui analisis efisiensi pemasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lembaga pemasaran yang terlibat dalam value chain agribisnis di Kabupaten Majalengka dapat dibagi dua, yaitu pelaku primer dan pelaku pendukung. Pelaku primer meliputi Petani, kelompok tani (koperasi), Bandar, penebas dan pengecer di pasar lokal. Sedangkan pelaku pendukung diantaranya kios saprodi, lembaga keuangan, lembaga mitra dan sebagainya. Proses manajemen rantai nilai bawang merah dimulai dari perencanaan, pengadaaan, produksi, distribusi dan proses pengembalian (return) di tingkat produsen maupun pedagang. Dari proses manajemen masih perlu adanya perbaikan dari setiap pelaku rantai nilai. Di Kabupaten Majalengka terdapat tujuh pola saluran pemasaran bawang merah. Dalam sistem rantai nilai, Bandar masih memiliki peran yang dominan sehingga petani masih sangat ketergantungan. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan posisi tawar petani yaitu dengan menghidupkan kembali peran Koperasi/kelompok tani dalam proses pemasaran, hal tersebut bertujuan untuk meminimalisir peran Bandar yang terlalu mendominasi. Efisiensi pemasaran dianalisis dengan menghitung margin pemasaran, marjin keuntungan, farmer’s share dan efisiensi pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keuntungan paling tinggi secara nominal adalah Bandar. Ditinjau dari marjin pemasaran, keuntungan, farmers’s share, efisensi pemasaran, semua saluran pemasaran dikategorikan efisien.

 

Kata kunci: rantai nilai, bawang merah, pemasaran


Full Text:

PDF (Indonesian)

Refbacks

  • There are currently no refbacks.